Jadilah Pancasilais dengan Sila Pertama

"Saya Indonesia! Saya Pancasila!"

Tanggal 1 Juni 2017 lalu, media dan khalayak Indonesia, terutama dari kalangan netizen, dihebohkan oleh slogan tersebut. Ada yang menyambutnya dengan sukacita penuh semangat, bahkan hingga mengunggah foto profil medsosnya dengan fotonya bersebelahan dengan slogan tersebut. Adapun yang justru mengkiritiknya. Ada apa ini? Kenapa pulak ada yang justru menghujat slogan tersebut? Bukankah justru terdengar hebat saat ada orang yang mengaku dirinya adalah Indonesia dan Pancasila?



Sebelumnya, memang ada baiknya kita memahami dulu apa itu Pancasila? Bukan hanya sekedar menjawab bahwa Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Itu sih terlalu mudah menjawab seperti itu. Tinggal akses di Wikipedia, asal punya paketan data, gak perlu scroll kebawah, terjawablah sudah: Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Tapi bagaimana pulak dengan sila-silanya? Apakah faham? Apakah hafal? Apakah sudah diterapkan? Sayang semilyar sayang, saya rasa masih sedikit dari mereka yang ber-"Saya Indonesia! Saya Pancasila!" yang ternyata bersikap Pancasila. Bahkan terlihat sekali bagaimana mereka meneriakkannya, pada siapa dan pada saat kapan. Apakah berteriak seperti hanya saat hari libur 1 Juni saja? Atau memang sebenarnya itu adalah sorakan kegembiraan karena dapat bonus libur satu hari?

Untuk menjadi Pancasilais bukan dengan teriakan dan foto profil. Tapi dengan penerapan dalam diri, hati, lalu kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saya mengerti, kita semua termasuk saya, masih belajar untuk berpancasila. Dengan belajar berpancasila, maka selanjutnya kita belajar menjadi nasionalis yang baik.

"Ketuhanan yang Maha Esa"

Sudahkah kita memahami sila satu yang ini? Saya rasa carut marutnya keadaan di negeri kita tercinta ini menunjukkan bagaimana kita telah melupakan sila satu. Al-Qur'an dihina, ulama dilecehkan, lalu katanya yang penting hati yang berhijab. Sudahkah itu sesuai dengan sila satu? B-E-L-U-M. Penyalahgunaan dan penyelewengan sendi-sendi serta pencemaran nama baik, dengan itu kita telah jauh dari sila satu.

Saya yakin, tidak ada agama yang mengajarkan kejelekan. Semuanya tentang kebaikan yang dimulai dari kedamaian dalam jiwa dan hati. Umat Muslim pergi ke Masjid, berpuasa di bulan Ramadhan, mengamalkan syari'ah, dst dan para penganut Kristiani pergi misa ke gereja dan katedral setiap minggu pagi. Semua agama mengajarkan kepada kita untuk saling berkasih sayang kepada sesama manusia, kepada seluruh makhluk. Agama-agama tersebut mengajarkan kepada kita akan cinta dan kedamaian dari dalam hati, kemudian dari hati kepada lingkungan sekitarnya. Dari satu orang, terciptalah masyarakat madani yang adil dan sejahtera. Semuanya dimulai dari agama. Agama adalah tiang bagi jiwa pada setiap satu raga. Bila telah hilang Tuhan dan agama pada seseorang, maka rusaklah dirinya.

Sila pertama adalah tiang penyangga bagi empat sila setelahnya. Bila sila satu digoyahkan, robohlah Pancasila.

Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Mungkin tak perlu saya bahas satu-persatu. Tapi jelas, bacalah dan pahamilah baik-baik. Sila kedua dan sila kelima adalah dahan-dahan yang tumbuh dari satu batang bernama "Ketuhanan yang Maha Esa".

Berbagai jenis kasus seperti pemukulan mahasiswa yang berusaha menyuarkan pendapatnya, kasus adu domba dan pencemaran nama baik antar golongan, bullying dan hate speech di  media sosial, keadilan yang mulai tumpul, adalah bentuk betapa telah goyahnya Pancasila pada diri kita. Masih ada jenis-jenis kasus lainnya.

Bagaimanakah kita memperbaiki semuanya? Tidak cukup dengan berteriak "Saya Indonesia! Saya Pancasila!", tidak pula cukup dengan memasang foto profil yang ngetren 1 Juni lalu. Cukup dengan memulai sila pertama untuk diterapkan, jadilah mudah untuk menerapkan keempat sila selanjutnya.

Yogyakarta, 2017

"Harumlah Negeriku, Indonesia yang Hebat"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bilal (2015): Betulkah Menyebarkan Paham Liberalisme?

Indonesia Palsu a la Orang Luar

Umat Muhammad dalam Gulungan Film Barat